Jawaban "Historia Magistra Vitae Adalah Ungkapan Yang Dikemukakan Oleh​"

Lagi mencari cara menyelesaikan tentang Historia magistra vitae adalah ungkapan yang dikemukakan oleh​? Bila iya, kamu sudah berada di laman yang tepat.

Btw, kami sudah menyusun 2 jawaban dari Historia magistra vitae adalah ungkapan yang dikemukakan oleh​. Silakan baca kunci jawabannya lebih lanjut di bawah ini:

Historia Magistra Vitae Adalah Ungkapan Yang Dikemukakan Oleh​

Jawaban: #1:

Jawaban:

Marcus Tullius Cicero

Penjelasan:

Filsuf Romawi mengatakan bahwa “Sejarah adalah guru kehidupan” ialah Marcus Tullius Cicero (106 SM –43 SM). Sejarah adalah guru kehidupan (Historia magistra vitae).

Jawaban: #2:
Marcus Tullius Cicero, orator ulung, anggota senat, ahli hukum dan filsuf yang hidup di masa Republik Roma (106-43 SM), dalam bukunya bertajuk de Orator, menegaskan petuah bijak, “Historia vero testis temporum, lux veritatis, vita memoriae, magistra vitae, nuntia vetustatis.” Ia memaknai realita “Sejarah adalah saksi zaman, sinar kebenaran, kenangan hidup, guru kehidupan dan pesan dari masa silam.

Sejatinya pemikiran Marcus Tullius Cicero melampaui zamannya. Dia menegaskan tentang hikmah peradaban, tidak ada ke-kini-an tanpa ke-lampau-an, kedua era itu sungguh tak terpisahkan sebagai proses sejarah kehidupan. Maka pernyataan legendaris Marcus sering dikutip sebagai keniscayaan mengenai fakta bahwa “Sejarah adalah guru kehidupan dan pesan dari masa silam”—————- (Historia Magistra Vitae, Nuntia Vetustatis). ———————Peristiwa sekecil apa pun yang berlalu, adalah guru kehidupan pun jua memberikan pesan dari masa silam dalam konteks kekinian ruang dan waktu.

Keniscayaan mengenai sejarah sebagai guru kehidupan dan pesan dari masa silam, kini tergenapi dalam peristiwa Seminar Pesta Seni dan Budaya Dayak Se-Kalimantan ke-X. Tema “Aktualisasi Spirit Tradisi bagi Pemahaman Budaya Dayak” amat relevan, terlebih dalam ikhtiar mengurai “Dialektika Kearifan Tradisi dan Globalisasi” bagi generasi muda Dayak sebagai pewaris dan penerus budaya Dayak. Maka dalam suasana pemaknaan seperti itulah, makalah ini ditulis dengan ketulusan.

Menguak Kearifan Tradisi Dayak
• Memaknai Realita Ke-lampau-an

Kearifan Lokal atau sering disebut local wisdom merupakan semua bentuk pengetahuan, keyakinan, pemahaman, wawasan, tradisi-adat serta etika yang menuntun perilaku manusia, yang diwariskan secara turun temurun dalam kehidupan komunitas. (Keraf, 2002). Sedangkan Gobyah (2009) mendefinisikan kearifan lokal sebagai kebenaran yang telah mentradisi dalam suatu kehidupan komunitas.

Kearifan lokal mengandung tiga unsur penting. Pertama, nilai religius dan etika sosial yang mendasari praktik kehidupan komunitas. Kedua, norma-aturan untuk merajut relasi antar komunitas dan semesta. Ketiga, pengetahuan-ketrampilan yang diperoleh dari pengalaman empirik. Ketiga unsur termaksud merupakan satu kesatuan sistem yang melandasi tatanan kehidupan sosial, budaya, ekonomi dan politik pada komunitas.

Komunitas adat Dayak memiliki khasanah kearifan lokal yang maha dahsyat. Cara kehidupan komunal turun-temurun, terbukti mampu mendukung proses pengukuhan tradisi kebersamaan. Lantaran cikal bakal terbangunnya rumah panjang (lou, betang, lamin) berpangkal dari satu keluarga, kemudian beranak-pinak dan secara turun-temurun peng¬huninya terus-menerus menempati rumah panjang dari waktu ke waktu. Mereka yang hidup dalam komu¬nitas rumah panjang sulit terpisahkan oleh faktor darah, adat, kepercayaan, mata pencaharian, dan faktor pendukung psikologis lainnya. Suatu ikatan yang kukuh membuat penghuni rumah panjang selalu betah dalam eksistensi keadaan yang sahaja. Esensi lain yang penting, bahwa kehidupan komunitas dalam rumah panjang, menjamin keberlangsungan relasi kekuasaan pada komunitas Dayak.

Menurut Bernard Sellato (1989), berabad-abad lamanya para ahli genetika, bahasa dan etnolog bertengkar tiada habisnya dan berkutat dengan argumentasi keniscayaan, tatkala membedah kesejatian manusia Dayak. Namun, tetap saja tak terungkap secara tuntas misteri budaya pada komunitas adat Dayak. Bahkan, betapa sulitnya mendefinisikan apa yang dinamakan suku bangsa dalam konteks Dayak. Sekalipun terdapat banyak versi, namun pengelompokan etnik berdasarkan kesamaan hukum adat, bahasa, ritus kematian, jalur sungai dan kriteria lain, membuktikan adanya keragaman budaya dan perbedaan natural pada komunitas Dayak. Itulah yang disebut identitas kolektif. Nilai-nilai budaya yang terkandung dalam identitas kolektif, amat menentukan pandangan hidup dan pandangan tentang semesta, yang dialami sebagai kekuatan integratif dan pembuktian eksistensi manusia Dayak sebagai pribumi di Tanah Borneo.

Bila anda masih punya soal lainnya, silahkan cari juga cara menjawabnya di web ini.

Pesan Mimin: Jangan lupa cek ulang solusi sebelum menyetorkannya. Semoga benar semua ya ..